Nuri-kate Dada-merah (Micropsitta bruijnii) Doc. By Nandika
Pengaruh Perdagangan Satwa Liar Terhadap Populasi Burung Paruh Bengkok Liar Pada Keanekaragaman Hayati kepulauan Indonesia
Dudi Nandika, Dwi Agustina, Robert Heinsohn, and George Olah
Indonesia adalah salah satu negara yang ditetapkan sebagai
negara prioritas utama untuk konservasi burung paruh bengkok berdasarkan jumlah
spesies, endemisitas, dan ancaman (penangkapan dan penyelundupan). Status
populasi burung paruh bengkok terkini di alam sangat penting sehubungan dengan tingginya
ancaman akibat perdagangan satwa liar illegal. Ekologi dan dinamika populasi
sebagian besar spesies burung paruh bengkok di Indonesia masih belum banyak
diketahui. Baru-baru ini Konservasi kakatua Indonesia dan Balai Taman Nasional
Manusela melakukan survei populai burung paruh bengko di sekitar kawasan TN
Manusela sebagai Kawasan yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, di
Pulau Seram. Penelitian survei populasi burung paruh bengkok ini menggunakan
penggabungan dua metode yaitu Fixed-radius point count (FRPC) (Hutto et al. 1986)
dan Fixed width line transect (FWLT) (Conner and Dickson 1980).
Kami mencatat hampir 530 individu burung paruh bengkok liar
dari 10 spesies di dalam dan sekitar Taman Nasional Manusela. Jenis burung paruh
bengkok tersebut didominan oleh Eos bornea, Trichoglosus haematodus, dan
Geoffroyus geoffroyi. Tingkat perjumpaan untuk setiap spesies pada setiap
transek adalah: E. bornea 25,7%, 29% dan 24,5%; T. haematodus 23%, 26,4%, dan
18,7%; dan G. geoffroyi masing-masing 14,4%, 29,6%, dan 17,1%. Kami menerapkan
indeks selektivitas Savage untuk mengevaluasi perburuan spesies burung paruh bengkok
secara proporsional dengan kelimpahannya dan spesies mana yang memiliki tekanan
perburuan lebih tinggi dari yang diharapkan. Indeks selektivitas (W)
menunjukkan seleksi perburuan positif yang signifikan untuk empat spesies
berikut: C. placentis, E. roratus, L. domicella, dan E. bornea (p <0,005). Kasus
lima spesies lain seperti T. haematodus, T. m. affinis, A. amboinensis, M.
buijnii, dan G. geoffroyi kami mengamati seleksi negatif yang signifikan untuk
perburuan liar (p <0,005). Pada C. moluccensis, kami tidak dapat menolak
hipotesis nol bahwa mereka diburu secara proporsional dengan ketersediaannya di
alam liar. Studi ini memiliki implikasi penting bagi status konservasi burung paruh
bengkok endemik (Cacatua moluccensis, Lorius domicella, dan Eos semilarvata)
dan menunjukkan bahwa burung paruh bengkok di TN Manusela sebagian besar terancam oleh
perburuan liar.
Nandika, D.; Agustina, D.; Heinsohn, R.; Olah, G. Wildlife Trade Influencing Natural Parrot Populations on a Biodiverse Indonesian Island. Diversity 2021, 13, 483. https://doi.org/10.3390/d13100483
Abstact : https://www.mdpi.com/1424-2818/13/10/483
Download PDF Full version : https://www.mdpi.com/1424-2818/13/10/483/pdf