Translate

SELAYANG PANDANG KKI







Rabu, 15 November 2023

Press Release

Peranan Burung Paruh Bengkok Di Alam Dan Upaya Konservasinya

Oleh Fauziah Maisarah

Seminar Nasional di Universitas Islam As-Syafi'iyah Dengan Tema
"Peran Burung di Alam dan Upaya Konservasinya di Indonesia"


Bekasi 11 November 2023. Perkumpulan Konservasi Kakatua Indonesia (KKI) berkesempatan menghadiri undangan seminar “Peranan burung di alam dan upaya konservasi di Indonesia”. yang diadakan oleh Prodi Biologi FST dan Himpunan Mahasiswa Biologi Rafflesia Universitas Islam As Syafi’iyah

Langkah-langkah konservatif merupakan sebuah cara agar sumber daya alam hayati dan ekosistemnya dapat terjaga dan tetap seimbang. Hubungan timbal balik antar unsur dalam sumberdaya alam hayati dapat berdampak pada ekosistem, termasuk keberadaan burung di dalamnya. Berkenaan dengan hal itu Dudi Nandika selaku Direktur Konservasi Kakatua Indonesia (KKI) ditunjuk sebagai pembicara dalam menyampaikan informasi mengenai peranan burung paruh bengkok di alam dan upaya konservasinya.

Jenis burung paruh bengko yang sedang makan berturut-turut dari sebelah kiri nuri bayan Eclectus roratus (jantan) makan buah koltada Leea indica, Tengah kakatua seram Cacatua moluccensis sedang makan buah durian Durio zibethinus dan di sebelah kanan perkici pelangi Trichoglossus haematodus sedang makan nektar bunga kayu burung Elaeocarpus nouhuysii.

Burung paruh bengkok umumnya mudah ditemui di wilayah ekoton, hutan yang cenderung lebih terbuka atau hutan terganggu, hal ini terlihat dari guild pakannya yaitu buah dan biji. Kehadiran jenis burung pemakan buah, biji dan nectar dapat dijadikan indikator kondisi hutan terganggu atau vegetasi yang terbuka. Sesuai tugasnya yaitu melakukan penyerbukan dan pemencar biji untuk memperbaiki hutan yang rusak atau terganggu. 

Sayangnya eksploitasi masih sering kali terjadi, seluruh burung paruh bengkok masuk dalam daftar jenis dilindungi di Indonesia oleh Permen-KLHK No. 106 tahun 2018, namun perburuan dan perdagangan illegal masih terus terjadi. Kakatua kecil jambul kuning merupakan salah satu jenis yang keberadaannya sangat menghawatirkan karena semakin banyaknya kepunahan lokal di wilayah sebarannya seperti yang terjadi di Sulawesi Tengah. Setelah populasi kecilnya di TN Lorelindu tidak pernah terdeteksi kembali kini giliran Pulau Pasoso sebagai salah satu wilayah sebaran kakatua anak jenis C. s. sulphurea yang diambang kepunahan karena sejak tahun 2022 populasinya menurun tajam menjadi tinggal 2 ekor. 

Upaya konservasi terhadap burung paruh bengkok terus dilakukan oleh Perkumpulan Konservasi Kakatua Indonesia (KKI). Ada dua pendekatan yang dilakukan yaitu Penelitian dengan melakukan Kerjasama dengan Universitas diantaranya: UIA, Unpatti, dan KPB Spilornis Untad. Selain melakukan penelitian, KKI juga melakukan program konservasi melalui kegiatan seperti Upaya peningkatan populasi dengan prioritas Kakatua-kecil jambul-kuning khususnya anak jenis Cacatua sulphurea abbotti di Pulau Masakambing, Penyadartahuan masyarakat dan membangun kebanggaan, Pemberdayaan masyarakat dengan melakukan pendampingan untuk program peningkatan alternatif income, Ekowisata khusus mengamati burung sehingga memberikan pesan yang kuat untuk upaya konservasi dan membangun kebanggaan pada masyarakat lokal. 

Upaya yang dilakukan KKI membuahkan berbagai pencapaian dalam memelihara keberadaan burung paruh bengkok. KKI telah melakukan beberapa program yang cukup berhasil di beberapa project sites seperti pada Masakambing project, jumlah kakatua dari 10 ekor (2008) naik menjadi 22 ekor (2018), dan ‘zero trapping’ sejak 2009 sampai sekarang. 

Selain itu pula masyarakat adat Huaulu di Pulau Seram yang memiliki aktifitas berburu baik untuk konsumsi harian dan upacara adat. Sejak tahun 2019 telah memiliki kesepakatan bersama KKI, TN Manusela dan BKSDA Maluku untuk tidak berburu Kakatua Maluku sebagai salah satu syarat upacara cidaku. Anak dari keturunan masyarakat adat Huaulu yang memasuki usia dewasa harus memiliki kemampuan berburu dan salah satunya setiap anak harus berburu 2 ekor kakatua dimana jambulnya dijadikan mahkota bersama kain merah sebagai simbol utamanya. Dengan adanya kesepakatan ini masyarakat adat yang akan mengadakan cidaku akan di suplai rontokan bulu Kakatua seram untuk mahkota cidaku dari fasilitas LK dan LK khusus yang berada dibawah UPT KLHK. 

Melalui Seminar Nasional ini diharapkan para mahasiswa bisa mengetahui dan memahami bagaimana peranan burung paruh bengkok di alam dan upaya konservasinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

animasi-bergerak-burung-kakatua-0112