Translate

SELAYANG PANDANG KKI







Kamis, 21 Oktober 2021

PUBLIKASI TERKINI

                Nuri-kate Dada-merah (Micropsitta bruijnii) Doc. By Nandika

Pengaruh Perdagangan Satwa Liar Terhadap Populasi Burung Paruh Bengkok Liar  Pada Keanekaragaman Hayati kepulauan Indonesia

Dudi Nandika, Dwi Agustina, Robert Heinsohn, and George Olah 

Indonesia adalah salah satu negara yang ditetapkan sebagai negara prioritas utama untuk konservasi burung paruh bengkok berdasarkan jumlah spesies, endemisitas, dan ancaman (penangkapan dan penyelundupan). Status populasi burung paruh bengkok terkini di alam sangat penting sehubungan dengan tingginya ancaman akibat perdagangan satwa liar illegal. Ekologi dan dinamika populasi sebagian besar spesies burung paruh bengkok di Indonesia masih belum banyak diketahui. Baru-baru ini Konservasi kakatua Indonesia dan Balai Taman Nasional Manusela melakukan survei populai burung paruh bengko di sekitar kawasan TN Manusela sebagai Kawasan yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, di Pulau Seram. Penelitian survei populasi burung paruh bengkok ini menggunakan penggabungan dua metode yaitu Fixed-radius point count (FRPC) (Hutto et al. 1986) dan Fixed width line transect (FWLT) (Conner and Dickson 1980).

Kami mencatat hampir 530 individu burung paruh bengkok liar dari 10 spesies di dalam dan sekitar Taman Nasional Manusela. Jenis burung paruh bengkok tersebut didominan oleh Eos bornea, Trichoglosus haematodus, dan Geoffroyus geoffroyi. Tingkat perjumpaan untuk setiap spesies pada setiap transek adalah: E. bornea 25,7%, 29% dan 24,5%; T. haematodus 23%, 26,4%, dan 18,7%; dan G. geoffroyi masing-masing 14,4%, 29,6%, dan 17,1%. Kami menerapkan indeks selektivitas Savage untuk mengevaluasi perburuan spesies burung paruh bengkok secara proporsional dengan kelimpahannya dan spesies mana yang memiliki tekanan perburuan lebih tinggi dari yang diharapkan. Indeks selektivitas (W) menunjukkan seleksi perburuan positif yang signifikan untuk empat spesies berikut: C. placentis, E. roratus, L. domicella, dan E. bornea (p <0,005). Kasus lima spesies lain seperti T. haematodus, T. m. affinis, A. amboinensis, M. buijnii, dan G. geoffroyi kami mengamati seleksi negatif yang signifikan untuk perburuan liar (p <0,005). Pada C. moluccensis, kami tidak dapat menolak hipotesis nol bahwa mereka diburu secara proporsional dengan ketersediaannya di alam liar. Studi ini memiliki implikasi penting bagi status konservasi burung paruh bengkok endemik (Cacatua moluccensis, Lorius domicella, dan Eos semilarvata) dan menunjukkan bahwa burung paruh bengkok di TN Manusela sebagian besar terancam oleh perburuan liar.

Kegiatan perburuan liar tidak hanya mengancam populasi burung paruh bengkok tetapi juga sangat mungkin berkontribusi terhadap penurunan hutan mengingat peran ekologis yang sangat penting dari burung paruh bengkok sebagai penyebar benih. Menurunnya populasi burung nuri, sebagai akibat nyata dari tingginya permintaan di pasar satwa liar, dapat menyebabkan kepunahan beberapa spesies dari pulau tersebut. Kami juga menunjukkan bahwa pengelolaan dan rehabilitasi burung nuri sitaan yang tepat, dan pelibatan masyarakat lokal ke dalam upaya konservasi dengan kampanye pendidikan lingkungan dapat berdampak positif pada konservasi burung nuri di daerah tersebut.


CITATION
MDPI and ACS Style

Nandika, D.; Agustina, D.; Heinsohn, R.; Olah, G. Wildlife Trade Influencing Natural Parrot Populations on a Biodiverse Indonesian Island. Diversity 202113, 483. https://doi.org/10.3390/d13100483

Abstact : https://www.mdpi.com/1424-2818/13/10/483

Download PDF Full version : https://www.mdpi.com/1424-2818/13/10/483/pdf


Program Ini Bekerjasama


KONSERVASI KAKATUA INDONESIA DAN BALAI TAMAN NASIONAL MANUSELA

DIDUKUNG PENUH OLEH

                                                                                                                                   
 



animasi-bergerak-burung-kakatua-0112