Translate

SELAYANG PANDANG KKI







Sabtu, 26 Maret 2022

Kakatua Maluku Cacatua moluccensis



Kakatua maluku merupakan kakatua berwarna putih dengan jambul merah muda yang merupakan salah satu kakatua endemik Maluku. Burung berukuran besar 46-52 cm dengan warna kuning jingga dibagian bawah sayap dan tunggingnya. Paruh abu-abu hitam lingkar mata putih kebiruan dan kakai abu-abu. Iris mata coklat gelap pada jantan dan coklat kemerahan merah pada betina. Berat badan berkisar 775-935g. Jantan: Sayap 30,3 cm, ekor 17,3 cm, dan tarsus 3,4 cm sedangkan betina: sayap 30,1 cm, ekor 17,2 cm, dan tarsus 3,3. Ukuran telur 5,0 cm  3,3 cm.   

Kakatua Maluku sebelum tahun 1980an merupakan jenis yang umum dijumpai di Pulau Seram dan pulau satelitnya, Pulau Ambon, Haruku, Saparua dan Nusa Laut. Namun saat ini dilaporkan sudah tidak dapat ditemu lagi di Pulau Haruku, Saparua, Nusa Laut dan pulau-pulau satelit Pulau Seram termasuk P. Buano. Pulau Ambon dan Seram merupakan habitat terakhir dari kakatua ini.

Komposisi Jenis pakannya terdiri atas biji, kacang, buah, dan dalam jumlah yang relative kecil memakan serangga dan larvanya. Kakatua memakan kelapa muda dengan mengupas setiap lapisan kulit dan memakan air dan daging buahnyayang lembut.  Kakatua tercatat juga memakan buah durian, biji kenari, biji ketapang, dan rambutan.

Kakatua bersarang dengan membuat lubang pada pohon dengan ketinggian 25 m pada batang dari pohon hidup. Selama masa berbiak biasanya kakatua terbang sendiri atau berpasangan. Pada masa berbiak biasanya kakatua dalam beraktifitas maupun pada saat makan lebih jarang bersuara. Masa berbiak setiap pasangan dan setiap lokasi berbeda, diduga menyesuaikan dengan musim dan penology tumbuhan yang dimanfaatkan kakatua dilokasi tersebut. Pada masa berbiak pasangan kakatua akan menujukan aktifitas bercumbu diatas batang pohon mati dan keduanya akan berteriak dengan keras sambil mengangkat dan menutup jambulnya. Telur akan menetas setelah 30 hari dilakukan inkubasi. Pada saat inkubasi kedua induk tidak pernah keluar sarang secara bersamaan, induk keluar pada saat mencari makan.  Kakatua memanfaatkan pohon pulai, matoa, ketapang, pulaka, gejawas hutan dan pohon rao.

Dahulu jenis ini merupakan jenis yang umum di daerah pantai dan di bagian gunung bagian tengah dibawah 1000 m hanya di jumpai dalam jumlah yang sedikit. Jenis ini sempat menjadi hama di kebun kelapa sampai akhirnya populasinya menurun dengan tajam akibat perubuan untuk diperdagangkan dan konversi lahan secara besar-saran di Pulau-pulau kecil serta imbas pembangunan dan perkembangan wilayah perkotaan. Kepadatan tertinggi dijumpai di hutan bukan tebangan dibawah 180 m dan sedikit umum di hutan yang terganggu serta diwilayah ekoton. Hutan hujan dataran rendah tercatat kelimpahannya rendah hanya 1,6/km2, namun di hutan pegunungan bawah yang terganggu dan wilayah hutan yang berbatasan dengan kebun justu memiliki kelimpahan yang tinggi yaitu 10,4- 15,28/km2. Kelimpahan local berhubungan erat dengan kehadiran pohon beringin pencekik dan pohon besar yang cocok sebagai sarang. Pada masa non berbiak kadang kadang terbang dan makan dalam pohon pakan dalam grup. Kakatua aktif pada saat matahari terbit di ufuk mulai terlihat warna merah lembayung dan akan kembali ketempat peristirahatannya ketika hari mulai gelap. Pada saat beristirahat kakatua akan bertengger diam dan menyembunyikan kepalanya diantara daun atau terbang pendek dibawah kanopi.

 

Sitasi

Nandika, D. 2022. Cacatua moluccensis. Perkumpulan Konservasi Kakatua indonesia. http://www.konservasi-kakatua-indonesia.org/2022/03/kakatua-maluku.html

 

Referensi

BirdLife International. 2016. Cacatua moluccensis. The IUCN Red List of Threatened Species 2016: e.T22684784A93046425. http://dx.doi.org/10.2305/IUCN.UK.2016-3.RLTS.T22684784A93046425.en

Forshaw JM, Cooper WT. 2006. Parrots of the World. Singapura: Toppan Printing Co.Pte.Ltd.

Juniper, T., Parr, M. 1998. Parrots: A Guide to the Parrots of the World. Netherlands (NL). Pica Pr.

Kinnaird MF, O’Brien TG, Lambert FR, & Purmias D. 2003. Density and distribution of the endemic seram cockatoo Cacatua moluccensis in relation to land use patterns. Biological Conservation 109: 227–235

Nandika, D.; Agustina, D.; Heinsohn, R.; Olah, G. Wildlife Trade Influencing Natural Parrot Populations on a Biodiverse Indonesian Island. Diversity 2021, 13, 483. ttps://doi.org/10.3390/d13100483

Nandika, D.; Agustina, D. 2020. Survey Populasi Burung Paruh Bengkok Di Taman Nasional Manusela (Laporan). Konservasi Kakatua Indonesia. final-report-110662.pdf (cepf.net)

animasi-bergerak-burung-kakatua-0112