Kakatua maluku merupakan kakatua berwarna putih dengan jambul merah muda yang merupakan salah satu kakatua endemik Maluku. Burung berukuran besar 46-52 cm dengan warna kuning jingga dibagian bawah sayap dan tunggingnya. Paruh abu-abu hitam lingkar mata putih kebiruan dan kakai abu-abu. Iris mata coklat gelap pada jantan dan coklat kemerahan merah pada betina. Berat badan berkisar 775-935g. Jantan: Sayap 30,3 cm, ekor 17,3 cm, dan tarsus 3,4 cm sedangkan betina: sayap 30,1 cm, ekor 17,2 cm, dan tarsus 3,3. Ukuran telur 5,0 cm
Kakatua
Maluku sebelum tahun 1980an merupakan jenis yang umum dijumpai di Pulau Seram
dan pulau satelitnya, Pulau Ambon, Haruku, Saparua dan Nusa Laut. Namun saat
ini dilaporkan sudah tidak dapat ditemu lagi di Pulau Haruku, Saparua, Nusa
Laut dan pulau-pulau satelit Pulau Seram termasuk P. Buano. Pulau Ambon dan Seram
merupakan habitat terakhir dari kakatua ini.
Komposisi Jenis
pakannya terdiri atas biji, kacang, buah, dan dalam jumlah yang relative kecil
memakan serangga dan larvanya. Kakatua memakan kelapa muda dengan mengupas
setiap lapisan kulit dan memakan air dan daging buahnyayang lembut. Kakatua tercatat juga memakan buah durian, biji
kenari, biji ketapang, dan rambutan.
Kakatua
bersarang dengan membuat lubang pada pohon dengan ketinggian 25 m pada batang
dari pohon hidup. Selama masa berbiak biasanya kakatua terbang sendiri atau
berpasangan. Pada masa berbiak biasanya kakatua dalam beraktifitas maupun pada
saat makan lebih jarang bersuara. Masa berbiak setiap pasangan dan setiap
lokasi berbeda, diduga menyesuaikan dengan musim dan penology tumbuhan yang
dimanfaatkan kakatua dilokasi tersebut. Pada masa berbiak pasangan kakatua akan
menujukan aktifitas bercumbu diatas batang pohon mati dan keduanya akan
berteriak dengan keras sambil mengangkat dan menutup jambulnya. Telur akan
menetas setelah 30 hari dilakukan inkubasi. Pada saat inkubasi kedua induk tidak
pernah keluar sarang secara bersamaan, induk keluar pada saat mencari
makan. Kakatua memanfaatkan pohon pulai,
matoa, ketapang, pulaka, gejawas hutan dan pohon rao.
Dahulu jenis
ini merupakan jenis yang umum di daerah pantai dan di bagian gunung bagian
tengah dibawah 1000 m hanya di jumpai dalam jumlah yang sedikit. Jenis ini
sempat menjadi hama di kebun kelapa sampai akhirnya populasinya menurun dengan
tajam akibat perubuan untuk diperdagangkan dan konversi lahan secara
besar-saran di Pulau-pulau kecil serta imbas pembangunan dan perkembangan wilayah
perkotaan. Kepadatan tertinggi dijumpai di hutan bukan tebangan dibawah 180 m dan
sedikit umum di hutan yang terganggu serta diwilayah ekoton. Hutan hujan
dataran rendah tercatat kelimpahannya rendah hanya 1,6/km2, namun di
hutan pegunungan bawah yang terganggu dan wilayah hutan yang berbatasan dengan
kebun justu memiliki kelimpahan yang tinggi yaitu 10,4- 15,28/km2. Kelimpahan
local berhubungan erat dengan kehadiran pohon beringin pencekik dan pohon besar
yang cocok sebagai sarang. Pada masa non berbiak kadang kadang terbang dan
makan dalam pohon pakan dalam grup. Kakatua aktif pada saat matahari terbit di
ufuk mulai terlihat warna merah lembayung dan akan kembali ketempat
peristirahatannya ketika hari mulai gelap. Pada saat beristirahat kakatua akan
bertengger diam dan menyembunyikan kepalanya diantara daun atau terbang pendek
dibawah kanopi.
Sitasi
Nandika, D. 2022. Cacatua moluccensis. Perkumpulan Konservasi
Kakatua indonesia.
Referensi
BirdLife
International. 2016. Cacatua moluccensis. The IUCN Red List of Threatened
Species 2016: e.T22684784A93046425.
http://dx.doi.org/10.2305/IUCN.UK.2016-3.RLTS.T22684784A93046425.en
Forshaw JM,
Cooper WT. 2006. Parrots of the World.
Singapura: Toppan Printing Co.Pte.Ltd.
Juniper,
T., Parr, M. 1998. Parrots: A Guide to the Parrots of the World. Netherlands (NL).
Pica Pr.
Kinnaird
MF, O’Brien TG, Lambert FR, & Purmias D. 2003. Density and distribution of
the endemic seram cockatoo Cacatua moluccensis in relation to land
use patterns. Biological Conservation 109: 227–235
Nandika, D.;
Agustina, D.; Heinsohn, R.; Olah, G. Wildlife Trade Influencing Natural Parrot Populations
on a Biodiverse Indonesian Island. Diversity 2021, 13, 483. ttps://doi.org/10.3390/d13100483
Nandika, D.;
Agustina, D. 2020. Survey Populasi Burung Paruh Bengkok Di Taman Nasional
Manusela (Laporan). Konservasi Kakatua Indonesia. final-report-110662.pdf
(cepf.net)